Sabtu, 15 Oktober 2011

We are DIFFERENT

“Oh my God. Gimana ni catatan bahan2 ospek gue ga tau kemana”. Rintih Kanya. Ya Kanya Rivalina adalah Maba Unversitas Gadjah Mada Fakultas Kedokteran. Em..calon dokter..kok bisa ya pelupa. Mungkin karena terlalu pintar..ups ternyata tidak juga. Bahkan banyak sekali orang2 terdekat Kanya terkaget heran ketika tahu bahwa Kanya lolos menjadi Maba FK UGM. Kanya memiliki kemampuan yang biasa-biasa saja, bahkan banyak teman2nya tidak lolos dalam seleksi SNMPTN beberapa bulan yang lalu padahal mereka adalah murid2 kebanggaan sekolahnya. Hari itu Kanya sama sekali tidak membawa apapun bahan2 untuk ospek yg sudah di berikan kakak panitia nya kemarin lusa. Alasannya karena catatannya hilang.
“Kamu maju sini”, ujar Feri salah satu kakak panitia ospek untuk Fk
“Saaa...saaaya kak ?”, tanya Kanya gugup.
“Iya lah kamu, mana perlengkapan ospek kamu ?,saya lihat kamu hanya membawa tas berukuran mini itu?” tanya Feri heran
“Em..maaf kak. Catatan yang kemarin kakak beri hilang,dan saya tidak tahu hilang kemana”, jawab Kanya menyesal.
“Kamu mahasiswa baru sudah berani memakai alasan yan konyol. Ok, saya akan laporkan kamu ke ketua panitia, mereka memiliki sanksi khusus buat kamu” ucap Feri sambil mencoba mencari-cari seseorang.
Nah kan, gini kan. Aduh Kanya...kenapa mesti lupa sih. Sekarang kan jadinya fatal, pasrah deh aku nunggu hukuman. Aku yakin hukumannya pasti berat, keliling2 kampus atau ngerondang,,ooo shiiittt (Kanya bergumam di dalam hati).
“Pengumuman kepada Maba bernama Kanya Rivalina dari Fakultas kedokteran dimohon untuk segera menuju ruang panitia ospek di sebelah timur lapangan utama kampus”.
Suara panggilan buat aku, ruang panitia ospek ?, ya Allah malu banget aku ke sana. Pasti akan sangat memalukan dan dipermalukan. Ok..tenang Kanya, tenang, Hadapi,,dan hadapi.
Tidak lama kemudian Kanya tiba di ruang itu. Tadinya Kanya mengira di ruangan itu akan ada banyak kakak2 panitia yang jelas akan mempermalukannya. Ternyata tidak, hanya ada Kak Feri bersama seorang lelaki berambut cepak,dan tegap. Kanya tidak dapat melihat wajah lelaki itu karena dia menghadap membelakangi Kanya.
“Assalamualaikum..permisi. Maaf kak, tadi ada panggilan untuk saya diperintahkan datang ke sini. Saya Kanya, yang tadi kak”,sapa Kanya kepada Feri.
“Oh ya kamu. Tadi saya yang memberi pengumuman itu. Kamu saya panggil karena kesalahan kamu tadi. Dan ketua panitia kita akan menjelaskan kepada kamu apa saja sanksi2 yang akan kamu dapatkan” Feri melirik pada lelaki cepak dan tegap itu sambil tersenyum dan pergi
Kanya gugup, air matanya hampir menetes keluar. Dia takut, takut akan mendapatkan sanksi yang aneh2. Di salam hati nya, dia hanya berdoa sambil memanggil-manggil mama nya.
“Maaf kak, saya tahu saya ceroboh sehingga lupa menyimpan catatan ospek saya. Apapun hukumannya saya akan menerimanya. Karena memang kesalahan berada pada saya”.
“Kamu memang ceroboh de...sampai2 kamu bisa meninggalkan catatan ini di kantin kampus” balas pria tegap berambut cepak itu, ya dia adalah ketua panitia ospek maba fk bernama Lucky Setya Chandra, mahasiswa tingkat 4 FK UGM.
Kanya melihat pria itu dengan tatapan kosong, dalam hati dia berkata “Subhanallah...lembut sekali suaranya. Terlihat sangat berwibawa. Dengan rambut cepak,tegap,tinggi, baju kemeja dan celana hitam plus jas almamater kampus. Ya Allah...baru aku lihat lelaki serapih ini”.
“Haloo...Kanya, kamu mendengar saya tidak ?” ucap Lucky sambil menggerakan tangannya ke arah wajah kanya
“Ohh ya, iya kak. Saya mendengar. Maaf kak, saya baru ingat kalau kemarin saya meninggalkan catatan kecil ini di kantin. Alhamdulilah kalau ternyata tidak hilang dan kakak yang menemukannya. Saya ucapkan terimakasih banyak kak” ujar Kanya sambil tersenyum.
“Ya, it’s ok de. Ini catatan kamu, jangan sampai hilang lagi ya. Oh ya, perkenalkan nama saya Lucky Setya Chandra, mahasiswa tk 4 fk, dan kamu ?”
“Saya Kanya Rivalina Maba Fk, berasal dari SMAN 1 Subang Jawa Barat. Sekali lagi saya ucapkan terimakasih kak”
“Terimakasih kembali Kanya. Ok kamu bisa melanjutkan kegiatan kamu sekarang, silahkan...”
“Terimakasih kak, permisi...”, tapi..kemudian Kanya berbalik arah “Saya ga di kasih hukuman kak ?”tanya Kanya pada Lucky
“Hehe..kamu itu aneh ya. Kamu mau saya kasih hukuman, kalau mau ya ok saya akan beri kamu hukuman. Jadi ?”
“Ooo..ga kak, ga usah repot2, saya permisi dulu kak. Assalamualaikum...” jawab Kanya sambil berlari pergi.
Dalam hati Lucky bergumam “Gadis yang lucu dan aneh. Dia memiliki karisma tersendiri”, itu lah yang Lucy katakan.
Ospek pun selesai...kini Kanya telah resmi menjadi mahasiswi FK UGM yang selama ini dia nantikan. Namun ada satu hal yang mengganjal di salam hati Kanya. Semenjak pertemuan pertamanya dengan Lucky, dia tidak pernah melihat Lucky lagi. Padahal dia sangat ingin melihat lucky dan berterimakasih kepadanya. 4bulan setelah ospek dia baru dapat bertemu dengan Lucky, dan itu pun hanya sebentar. Tepatnya di perpustakaan kampus mereka.
“Hai Kanya. Masih ingat dengan saya ?” sapa Lucky sambil tersenyum
Kanya menoleh dan “Halo kak Lucky, lama tidak berjumpa,kakak kemana saja ?”tanya Kanya heran
“Em..boleh saya minta nomor hp kamu ?”
“Boleh kak, ini....”
Kanya dan Lucky saling bertukar nomor handphone. Dan tidak tahu bagaimana ceritanya mereka akhirnya memutuskan untuk bertemu setelah bubar kampus.
“Maaf kak, aku telat ya. Tadi dosennya telat masuk kak, jadi agak telat juga keluarnya.hehehe”
“Ga apa2 kok. Aku juga baru aja dateng”
“Ohh ya kak.hehe. Selama 4bulan ini aku mencari kakak di sekitar kampus, tapi ga pernah keliatan. Kakak kemana ?”
“Ohh ya. Bunda aku sakit de, jadi aku mesti pulang ke solo”
“Sakit ?, semoga lekas sembuh ya kak. Aku turut mendoakan yang terbaik”
“Makasih ya de, kamu udah care sama aku. Sayang ya kita ketemu di akhir seperti ini, padahal...”
“Maksud kakak ?. Bukannya kakak masih 2tahun lagi di sini?”
“Ga de..tahun depan aku wisuda, sekarang aku lagi mempersiapkan skripsi. Alhamdulilah aku bisa menyelesaikan 156 sks dalam waktu 3tahun”
“Subhanallah..kakak cerdas sekali. Selamat ya kak. Em...jadi Kanya ga bisa liat kakak lagi dong nanti”
“Ade..sebenarnya dari semenjak kakak melihat ade, kakak merasa senang. Entah itu senang dalam wujud yang bagaimana. Tetapi selama 4bulan kakak mencoba menghindari ade, kakak semakin ingin bersama ade”
Kanya semakin tidak mengerti apa yang Lucky bicarakan. Memang Kanya sempat menaruh hati pada nya, namun 4bulan menghilang membuat Kanya ragu akan perasaannya terhadap Lucky.
“Aku ga ngerti apa maksud kakak’ jelas kanya bingung,
‘Panggil aku mas ya, jangan kakak. Sepertinya terlalu formal jika aku ade panggil kakak. Ok. Jadi begini Kanya. Sebenarnya dari awal kita bertemu di kantin kampus, aku senang pada mu. Ya seperti yang ku bilang tadi, entah dalam hal apa rasa senang itu. Tetapi aku mulai yakin ini cinta ketika 4bulan ini” jelas Lucky
‘Maksudnya selama kakak, upss maaf maksud aku mas menghilang ?” tukas Kanya sambil menatap mata Lucky. Sebenarnya dia tidak berani melakukan itu, tetapi rasa penasarannya atas ucapan Lucky yang berbelit=belit memaksanya melakukan itu.
“Hm..ya begitulah de. Aku tegaskan ya Kanya. Aku tidak meghilang. Aku mengambil cuti selama 4bulan untuk menjaga bunda ku yang sedang sakit di solo” tegas Lucky sambil mengusap-usap rambut Kanya. Ooh tidak tau bagaimana perasaan Kanya saat itu, yang jelas dia pasti sangat deg-degan.
“Hm..ya aku mengerti mas. Mas sangat sayang ya sama bunda mas ?. Mas punya adik ?”
“Tentu saja sangat. Tanpa bunda aku tidak dapat berada di dunia ini. Tanpa doa-doa bunda juga aku tidak dapat menjadi calon dokter seperti saat ini. Bunda adalah segalanya. Ya, aku mempunyai 2 adik, 1 adik ku baru saja masuk kuliah di ITB, dan adik bungsu ku masih kelas 6 SD”. “Waw..hebat sekali adikmu bisa masuk ITB, jujur saja kampus itu adalah kampus impian setiap orang, tidak sembarang yang bisa menjadi bagian dari kampus itu”. “Ya begitulah adik ku memang pintar apalagi dalam bidang fisika, dia selalu mendapatkan nilai diatas 90. Tidak seperti aku, aku sangat jauh dengannya, hm”. Dalam hati Kanya mendesir ; jauh bagaimana, kamu saja bisa menyelesaikan kuliah di fakultas kedokteran ini hanya dalam waktu 3 tahun, bagaimana otakmu tidak jenius. Apalagi ku dengar tahun lalu kamu menjadi juara dalam lomba kreativitas seorang calon koas di Malaysia. Jadi ini yang di bilang beda jauh dengan adik mu.
Lucky kembali menanyakan kepada Kanya apakah dia mengerti apa yang di maksudkan Lucky. Dan Kanya pun akhirnya mengerti, kenapa seorang Lucky bisa senang padanya. Ini masih senang loh, bukan cinta. Kanya segera mengusir bayangan cinta di depan matanya. Luckymengantar Kanya pulang ke kos’an nya. Tidak lama, karena Lucky harus menemui dosennya untuk konsultasi mengenai skripsinya. Lucky pun lekas pergi menggunakan Atoz merah beroda 4 itu. Warna merah sepertinya sangat di sukai Lucky karena sejak di dalam mobil tadi Kanya memperhatikan banyak sekali aksesoris merah mulai dari jok mobil,serta yang lainnya. Sesampainya di ruang tamu kontrakannya, Kanya segera duduk dan tampak sedang memikirkan sesuatu. Tidak lama Dea sahabatnya yang juga dulu bersekolah di SMA yang sama dengannya, yaitu SMAN 1 Subang. Dea memang murid berprestasi, dia menjuarai OSN Biologi ketika sekolah dulu. “Kanya..darimana aja lo, baru keliatan jam segini bubar kampus udah daritadi kali neng. Darimana lo kan?”.”De, gue boleh nanya ga sama lo ?, gue cantik gitu ?”, Dea menatap Kanya aneh sembari menahan tawa nya “lo kenapa kanya?, kerasukan apaan tiba-tiba nanya gitu?”. “Ayolah de jawab, lo kan udah sahabatan sama gue sejak kita SD, masa lo ga bisa kasih penilaian sih tentang gue?” cibir Kanya. Sambil menghela nafas, Dea mengangkat tangannya dan “Ok,ok neng geulis. Cantik itu relative kan, tergantung siapa yang liat dan menilai kita. Kalo penilaian gue ya sama kayak penilaian temen-temen sekelas kita waktu SMA dulu, lo itu mirip nikita willy. Ok jelas ?, pasti lo GR kan gue bilang mirip itu. Huuu.” dea mencubir lengan Kanya.
“Selain itu maksud gue de. Gue aneh banget, hari ini ada yang bilang ke gue kalo pertama kali dia liat gue, dia udah senang alias suka sama gue. Gue punya apa?, pendek, kurus, huuuuf” ucap Kanya tak bersemangat. Dea kemudian tersenyum dan merangkul Kanya “Kan, setiap orang punya tipe-tipe sendiri buat jatuh cinta tanpa mengenal bagaimanapun fisiknya. Mungkin aja si dia itu melihat kamu tidak hanya dari fisik saja, tapi juga dari sikap mu. Memang kamu cantik, tetapi seperti yang aku bilang tadi, cantik itu relative beib. Memangnya siapa sih yang abis nembak kamu?, ceritalah” paksa dea kepada Kanya. Sebenarnya dia tidak keberatan untuk bercerita kepada Dea sahabatnya itu, tetapi dia sengaja ingin membuat gadis berambut lurus itu penasaran. “Emm..mau tau aja lo, udah ah gue mau mandi dulu. Daaahhhh” Kanya berlalu. Dea tidak dapat berbuat apa-apa, dia hanya menunjukan ekspresi greget pada Kanya, dan Kanya hanya membalas dengan senyuman kecil di wajah manisnya. Kemudian Kanya meletakan tas pink kesayangannya, dan duduk diatas kasurnya yang berbalut sprai pink semua serba pink yang berada di kamar nya. Kanya memang sangat menyukai warna itu, sesuai dengan penampilannya yang feminim. Sejak masih duduk di bangku kelas 2 SMA, dia sudah sangat suka memakai make up ala gadis dewasa, pakaian yang dia kenakan pun lazimnya biasa dipakai anak kuliah yang berarti 2/3 tahun diatasnya. Semua itu berkat bimbingan kedua kakak perempuan Kanya yang notaben nya adalah mojang Bandung.
Lucky mengusap layar smartphone Blackberry nya, terlihat nama kontak bertuliskan nama Kanya, kemudian dia menekan tombol bergambar sebuah telefon, itu artinya dia menelfon Kanya. Sementara di tempat lain, Kanya sedang sibuk dengan laptopnya seperti sedang mengerjakan sesuatu. Kanya senang menulis. Terkadang dia menumpahkan keluh kesah nya menjadi sebuah tulisan, tepatnya akan dia buat menjadi sebuah novel. Namun tarian jari-jari nya terhenti ketika sebuah lagu terdengar di telinganya. Rupanya itu adalah tanda panggilan di hp nya, dan itu berasal dari Lucky. Sebelum menekan “angkat”, Kanya hening sebentar sambil berfikir “Ada apa ya mas Lucky telefon aku malam-malam gini?”. Kanya mendekatkan handphonenya dekat telinga “Assalamualaikum” dengan lembut, “waalaikumsalam de. Sedang apa?,mas ganggu tidak?” sapa Lucky ramah, “Hai mas, ini sedang iseng buka-buka laptop aja. Ada apa mas ?” tukas Kanya, padahal bodoh sekali jawabannya, mana ada orang iseng-iseng buka laptop, orang kalo buka laptop itu pasti akan melakukan sesuatu, dasarr Kanya dodol, rintih Kanya dalam hati. Lucky sepertinya tersenyum simpul di sana dan “Ok. Mas ke sana ya. Ada yang ingin mas sampaikan. See you Kanya” sambil menutup telefon tanpa memberi kesempatan kepada Kanya untuk membalas kalimat terakhirnya itu. Kanya hanya bengong sendiri, dan kemudian dia bersiap-siap. Untung saja kos’an nya tidak memiliki peraturan untuk tidak menerima tamu malam-malam, meski memang di beri batas sampai pukul 23.00 nanti. Kanya berfikir itu masih lama, karena ini baru pukul 18.00.
Saat Kanya keluar dari kamarnya, terlihat Dea sedang menonton tv kemudian sorot matanya berpindah kepada Kanya, dan sepertinya siap memberi beribu-ribu pertanyaan kepada sahabatnya itu. Kanya hanya tertunduk sambil berjalan menuju sofa uyang sedang di duduki Dea. “Lo mau kemana neng?, rapih banget. Mau pergi?, sama siapa?” tanya Dea penasaran. Kanya kemudian menghela nafas “De, lo tau ga. Cowok yang tadi sore gue ceritain ke lo, sekarang mungkin dia lagi otw mau ke sini”, “OMG, lo serius ?. Asiik dong kalo gitu. Gue bisa liat yang mana gebetan lo sekarang, setelah 3tahun menjanda, eh maksud gue setelah 3tahun jadi jomblo karena ditinggal pacar tersayang lo waktu SMP. Gue ikut seneng sista, akhirnya lo bisa membuka hati untuk orang lain. Siapa sih nama nya Kan ?”, “Lo tau ga siapa tu cowok?” jawab Kanya dengan mimik muka bersedih. “emang siapa sih ?,lo aneh banget, ada cowok mau nganjang tapi malah sedih, helooo Kanya, are you normall?” ledek Dea, “Jelas gue normal dea...sialan lo. Dia...”, ting tong terdengar suara bel rumah berbunyi. Sepertinya Lucky yang datang, tanpa melanjutkan pembicaraannya dengan Dea, Kanya bergegas beranjak menuju pintu utama rumah kos nya. Ketika membuka pintu, di hadapannya telah ada seorang lelaki berbadan tegap, berambut cepak, dengan tinggi mungkin sekitar 171cm, memakai t-shirt belang-belang, dan memakai celana kain berwarna hitam. Ya dia adalah Lucky. Gagah sekali....dalam hati Kanya bersorak-sorai. Lucky tersenyum, dan “Permisi mba, mau cari Maba FK UGM yang bernama Kanya Revalina, ada tidak?” Lucky sepertinya ingin memberikan lelucon untuk perempuan imut itu, Kanya hanya tersenyum kemudian membalas lelucon Lucky “Iyaa mas, silahkan masuk. Nanti saya panggilkan. Tadi Kanya sedang tertidur sangat pulas, hingga kemudian terbangun karena mendapat mimpi buruk akan kedatangan seorang raksasa,hehehehe”, “Jadi mas raksasa ya?,hmm...” alis lucky mengkerut menandakan dia sedikit pura-pura marah, “hehehe, silahkan masuk mas Lucky Setya Chandra” dengan senyum manis khas miliknya.
Lucky pun memasuki ruang tamu mungil itu, dan duduk berhadapan dengan Kanya. Sesekali dia menatap Kanya, entah apa yang dia pikirkan tentang Kanya. Sepertinya dia kagum dan terpesona dengan Kanya malam itu sehingga sulit melepaskan pandangannya. Kanya hanya tertunduk malu sambil berpikir “Ada yang salah ya sama gue malam ini?, apa kostum gue atau make up gue yang salah?”. Kemeja panjang berwarna coklat, dipadu dengan celana penjang. Make up yang berwarna natural, dengan lipstick pink hot peach yang tidak terlalu tebal menghiasi bibir mungil Kanya. Dalam hati Kanya mengabaikan pikiran buruknya mengenai kesalahan make up dan kostumnya, yang sekarang dia ingin tau adalah mengapa Lucky tidak berhenti memandanginya. “Em..ada yang salah ya sama aku ?” tanya Kanya heran, “Hm..tidak, tidak ada yang salah sedikitpun. Memang ada apa de?” lucky berbalik bertanya dengan sangat antusias. “Enggak...kenapa mas daritadi liatin ade terus?, ade takut ada yang salah dengan pakaian ku” jawab Kanya polos, Lucky tertawa sambil menyapu wajahnya dari keringat, ya di ruangan itu memang tidak ada pendingin apapun kebetulan hari itu memang Yogyakarta sedang amat sangat panas. “Ga apa-apa de” jawab Lucky sambil tersenyum simpul.
Mereka berbincang-bincang mengenai kampus dan beberapa tugas kampus yang sempat Kanya tanyakan kepada Lucky. Secara memiliki gebetan murid teladan harus dimanfaatkan juga dong,hehe itu yang dikatakan oleh Dea. Kanya sangat senang malam itu, mereka berbicara banyak hal, sampai pada warna musik yang mereka sukai. Ternyata Lucky juga menyukai Boysband yang berasal dari Irlandia yakni Westlife. Sama dengan Kanya, di laptopnya hampir semua koleksi lagu dan foto boysband terkenal sepanjang jaman itu. Kanya berpikir, banyak kesamaan yang mereka miliki, apakah itu pertanda??, huffftttt....Kanya segera membuang jauh-jauh pikiran GR nya itu. Westlife itu kan sudah terkenal sejak dulu, tentu saja banyak sekali yang mengidolakannya, mungkin jika dia menanyakan pada teman-teman satu kampusnya mengenai siapa saja yang menyukai westlife, tentu akan sangat banyak. Untuk apa dia GR ketika mengetahui bahwa Lucky juga menyukai boysband itu.
Selain membicarakan mengenai kampus, boysband, mereka juga saling bercerita mengenai keluarga masing-masing. Diawali oleh Lucky, yang menceritakan mengenai rasa cinta dan sayang terhadap Bunda nya. Menurut Lucky, awalnya dulu dia tidak tau bahwa dia akan menjadi seorang mahasiswa kedokteran. Lucky tidak merasa bahwa dirinya memiliki kemampuan yang tinggi dibanding teman-temannya yang lain. Padahal Lucky adalah pemenang OSN Fisika di SMAN 1 Solo dulu, dia juga mengatakan bahwa “Aku ga ngerti kenapa bisa lolos seleksi OSN waktu itu. Padahal kerjaan aku kalo di kelas itu tidur. Ya tidak begitu masuk kelas langsung tidur, tetapi aku lebih dulu memperhatikan penjelasan utama dari guru ku mengenai materi pelajarannya. Menurut ku setiap guru akan menjelaskan pokok pembahasan pada awal pelajaran, untuk ke selanjutnya mereka hanya memberikan menerapannya saja. Dan setelah aku mengerti apa yang mereka jelaskan di awal itu, kemudian aku tidur tidak peduli akan dimarahi atau tidak, yang aku tau tidur di kelas itu adalah menyenangkan,hehehe” jelas Lucky. Kanya hanya tertawa mendengarnya, sambil sedikit berkomentar “Terus pernah tidak mas ditegur?. Atau di suruh mengerjakan soal ke depan kelas, padahal saat itu mas sedang tidur?” tanya Kanya histeris. Lucky tersenyum tenang “Sering de”, “Terus mas bisa mengerjakannya?”, “Alhamdulilah bisa, aku kalo sudah ingat jarang lupa, aku nyaris tidak punya catatan saat SMA dulu karena semua pelajaran yang ada haya aku ingat saja. Bahkan ketika akan UN, ayah ku sempat marah karena saat dia memeriksa catatan ku jarang ada goresan pena di catatan ku.hehehe”. Menarik juga cerita hidup mas yang satu ini, dia pinter dan benar-benar cerdas, tetapi yang Kanya lihat dia sangat low profile. Sepertinya Kanya mulai merasakan sesuatu di hatinya mengenai Lucky.
Pertemuan mereka berulang hingga berkali-kali. Tidak hanya ngobrol dan diam di tempat kos Kanya saja. Mereka kerap kali pergi makan bersama, atau hanya sekedar berjalan-jalan saja menelusuri jalanan Yogyakarta yang indah. Sampai pada suatu malam, Lucky menyatakan perasaannya kepada Kanya tepat di Alun-alun Yogyakarta. “De, sebenarnya ada sesuatu yang sudah lama ingin mas sampaikan, hanya mungkin mas baru dapat menyampaikannya saat ini” Lucky mengawali sambil sedikit tegang, entah mengapa dia sangat tegang, padahal mungkin Kanya bukanlah perempuan pertama di hati nya. “Iya mas, ada apa?” tanya Kanya sambil menatap mata Lucky dalam-dalam.”Mas mencintai ade, selama kita bersama mas merasa ada kecocokan diantara kita berdua. Meski mas belum tau dimana letak kecocokan itu, tetapi mas nyaman saat bersama ade. Kalau ade berkenan, maukah ade menjadi kekasih mas ?”, “Aku, kenapa harus aku?. Mas, aku ini Cuma gadis desa yang datang ke kota, aku sama sekali ga memiliki kelebihan apapun. Jika dibandingkan dengan perempuan-perempuan di kampus kita, aku sangat kalah mas”, “Mas ga peduli. Itu istimewa ade untuk mas. Apa ada nya itu sudah sangat lebih dari cukup. Ade tau kan mas sebentar lagi sudah koas, rasanya ga pantas kalau mas masih mencari-cari pacar. Akhirnya mas cukupkan saat bertemu ade, mas merasa nyaman. Ade mau jadi pacar mas ?”, “Terimakasih atas penerimaan mas. Iya betul, bahkan mungkin sepertinya seharusnya mas sudah memiliki calon istri. Perempuan mana yang tidak ingin dengan lelaki seperti mas, aku yakin mas tinggal tunjuk saja perempuannya, pasti mereka akan setuju. Hm...”, “Haha. Ade pikir mas ini mau memilih sepatu tinggal tunjuk saja langsung jadi, tidak semudah itu de Kanya. Jadi ?”,”Hehe. Jadi, insya Allah saya berkenan. Tapi mas, tidak akan terlalu serius kan?, maksudnya aku masih harus kuliah. Kalo untuk berpacaran tidak akan masalah tetapi kalau untuk lebih sepertinya aku tidak akan bisa”,”Alhamdulilah...haha. Tenanglah de, mas belum ngebet nikah kok. Walau memang bunda sudah ingin memihat mas membawa seorang wanita pulang ke rumah, tetapi ya sudahlah tenang saja. Jadi kita jadian ni?”,”Alhamdulilah kalau mas berpikiran demikian. Wah..bunda nya sudah ingin mas menikah ya?,hehe. Iyaa, kita jadian” jawab Kanya riang.
Mulai saat itu Kanya memiliki seseorang yang amat sangat mencintai nya. Terkadang Kanya kalut dalam kebahagiaannya. Namun terkadang dia pun berpikir. Dia dan Lucky memiliki perbedaan, terutama dari segi umur, umur Kanya yang baru menginjak 17tahun sedangkan Lucky yang sudah akan mencapai angka 23tahun, sangat jauh perbedaan mereka. Tentu suatu saat Lucky akan mengajaknya menikah, namun dia masih memiliki perjalanan yang masih amat sangat panjang. Kanya berprinsip, kapanpun dia pergi mungkin aku harus siap dan dapat menerima dengan baik. Tetapi mungkin sulit jika benar-benar terjadi, Lucky terlanjur berada di hatinya dan menjadi bagian dari hidupnya. Meski Lucky tidak pernah mempermasalahkan itu. Tetap saja suatu saat hal ini akan menjadi tolak ukur hubungan mereka. Bahkan akan menjadi alasan untuk mereka memilih. Kanya duduk di depan rumah kos nya, ditemani secangkir teh hangat karena hari itu sangat dingin. Sambil sesekali mengusap-usap lengannya sebab cardigan kesayangannya tidak cukup tebal untuk menahan dingin sore itu. Sepertinya dia sedang menunggu seseorang, ya dia sedang menunggu Lucky. Lucky akan menjemputnya sore itu, dia meminta bantuan Kanya untuk menyelesaikan skripsinya. Minggu depan dia harus sudah selesai sidang. Sebenarnya Kanya sedikit galau. Di sisi lain dia senang karena kekasihnya akan segera menyelesaikan kuliahnya, tapi di sisi lain dia juga sedih karena mungkin hubungan yang baru mereka jalani selama 1 bulan ini akan berakhir setelah Lucky wisuda nanti. Oh my God, pikiran apa sih ini?. Negative thinking terus gue, ya Allah kendalikan hati ini. Kanya selalu mengucapkan itu di dalam hatinya ketika pikiran buruknya mulai datang menghantui. Ingin sekali dia menanyakan hal ini kepada Lucky, maksudnya mengenai kelanjutan hubungan mereka setelah wisuda nanti tetapi dia tidak memiliki keberanian, sampai akhirnya dia mulai memberanikan diri sore itu ketika mereka sudah selesai menyelesaikan tugas Lucky dan sedang bersantai sambil mengobrol di ruang tv rumah kos Lucky.”Sayang, may I ask you ?” Kanya gemetar, “Yes,ofcourse hunny. About ?”, “Alhamdulilah ya,sebentar lagi mas lulus kuliah lalu wisuda. Selanjutnya mas akan menjadi koas di rumah sakit tentunya bukan di jogja. Apa mas akan tetap mengingat aku?” Kanya tertunduk seperti akan menangis, matanya berkaca-kaca. “Ade kenapa tanya seperti itu?, ade meragukan mas ya?. Sayang dengarlah, mas mencintai ade bukan karena waktu. Tetapi tulus, jarak atau apapun tidak akan menjadi halangan untuk mas mengingat ade. Tenang ya sayang, tidak perlu bersedih seperti itu, percaya kita dapat menjalani semua ini dengan baik” jawaban Lucky masih belum memberi ketentraman untuk hati Kanya. “Mas, kita punya perbedaan umur kita. Aku takut suatu saat nanti itu akan menjadi alasan mengapa kita harus saling meninggalkan. Tentu dengan umur mas sekarang, ditambah dengan profesi mas sebagai dokter. Mas sudah layak menikah. Sedangkan aku, masih memiliki tanggung jawab untuk menyelesaikan kuliah ku hingga 4 tahun ke depan. Rasanya aku sadar diri, dan tidak akan mampu meminta mas menunggu ku selama itu” Kanya menangis dan tetap menunduk, mungkin kini dia benar-benar temukan sosok seseorang yang sangat dia cintai sehingga membuat dia merasa tidak sanggup jika harus kehilangan Lucky. “Ade, memang mas berpikir untuk mencari calon istri. Tentu semua itu akan dimiliki setiap manusia yang sudah berumur seperti mas, tetapi jujur untuk saat ini mas masih ingin menjalani hidup seperti ini. Mas juga masih harus membiayai kedua adik mas, mereka tanggung jawab mas setelah mas mendapatkan pekerjaan nanti. Memang bunda pernah memberi warning mengenai pendamping, tetapi mas kira itu hanya peringatan biasa saja. Karena bunda tidak tau bahwa mas sudah punya ade. Tenang ya sayang, semua akan baik-baik saja” Lucky memeluk Kanya, mencoba menenangkan gadis itu.
Keesokan harinya “Assalamualaikum bunda, apa kabarnya?. Sehat-sehat saja kan bun ?. Bagaimana kabar Vina juga ?. Kemarin Lucky sudah telefon Yudit. Dia sudah mulai belajar sejak 1 minggu yang lalu bun”, “Waalaikumsalam sayang. Alhamdulilah kabar bunda dan vina baik-baik saja. Oh ya, kemarin Yudit juga sudah menelfon bunda. Kamu bagaimana di sana?, kapan sidang?”, “Alhamdulilah. Besok aku sudah mulai sidang bun, minta doa nya ya bunda. Kelancaran Lucky tergantung pada bunda,hehe”. “Yang terbaik selalu untukmu nak. Bunda mendoakan. Oh ya mas, masih ingat bude Lastri yang tinggal di semarang?”,”Iya bun masih ingat. Kenapa bun?”,”Besok dia mau berkunjung ke rumah kita”,”Oh begitu. Ya salam saja untuk bude ya bun. Sudah dulu ya. Bunda baik-baik di sana. Besok seusai sidang Lucky telepon lagi. Assalamualaikum”. Itulah Lucky, amat sangat mencintai bunda nya. Baginya jeri payah Bunda nya untuk membiayai nya menjadi seorang dokter adalah sangat mengagumkan. Meski hanya mengandalkan usaha katering makanan, usaha keluarga Lucky sangat sukses bahkan sampai memiliki beberapa cabang restaurant di kota-kota besar. Tidak mudah mendapatkan itu semua, mereka pernah mengalami pahitnya hidup tanpa seorang ayah dan sulitnya mencari uang. Itulah sebab kenapa Lucky sangat mencintai keluarganya, karena bundanya lah dia dapat menjadi seperti sekarang.
Hari dimana Lucky harus mengahadapi serangan dari beberapa dosennya pun telah tiba. Lucky menjadi ketua kelompok pertama yang masuk ruang sidang. Sebelum memasuki ruang sidang, dia sempat bertemu dengan Kanya sambil meminta doa. Kanya sangat mensupportnya, tidak lelah dia terus memberi dorongan semangat bagi Lucky. Sebelum memasuki ruangan Lucky sempat mencium kening Kanya, dan berjanji saat keluar nanti dia akan memberi berita terbaik. Kanya hanya tersenyum sambil mengangguk senang. Di luar ruangan Kanya hanya berdoa, semoga kekasihnya dapat menjalani semua dengan baik. Setelah hampir 35menit menunggu, Lucky keluar dengan senyum khas nya, dia cepat menghampiri Kanya, memeluknya dan berkata “Alhamdulilah sayang, mas dapat melewati ini dengan baik. Terimakasih supportnya, i love you”, “Alhamdulilah, i love you too, congratulation hunny” jawab Kanya sambil menangis bahagia. Saat itu Lucky merasa amat sangat mencintai Kanya, dia sudah bulat dengan tekadnya untuk tetap bersama Kanya sampai kapanpun dan apapun halangannya. Semua itu timbul karena kesetiaan Kanya terhadapnya selama ini, meski hubungan mereka baru saja 1 bulan berjalan, tapi itu sudah lebih cukup membuktikan bahwa Kanya lah terbaik baginya. Dia memperkenalkan Kanya dengan Bunda dan keluarga besarnya, dia bermaksud menyampaikan kepada bunda bahwa dia memiliki niat serius dengan Kanya. Rencananya minggu depan sebelum wisuda 17 April nanti dia akan pulang ke Solo untuk menjemput Bunda nya. Mendengar maksud baik Lucky, Kanya hanya tersenyum bahagia dan selalu memberi tanda setuju dengan apa yang Lucky inginkan. Ya Allah, jodohkan kami jika memang terbaik, itulah kalimat yang selalu Kanya lontarkan di dalam hatinya saat cinta sedang tumbuh amat sangat segar di hatinya untuk Lucky. Dia hanya berharap, semua itu akan berjalan dengan baik sesuati harapannya dan Lucky.
Pagi itu Kanya diberitahu bahwa semua tugas-tugas anatomi harus di kumpulkan lusa. Tentu saja dia sangat terkejut, bukan karena belum sama sekali mengerjakan, tetapi itu berarti dia dikejar deadline. Padahal lusa dia harus menemani Lucky wisuda, astaga benar-benar sesuatu yang tidak dapat di duga. Kanya sangat sibuk, sampai untuk membalas pesan singkat dari Lucky pun dia tidak sempat. Dia harus menyelesaikan deadline tugas yang sudah di depan mata. Padahal isi pesan singkat Lucky adalah untuk berpamitan karena dia akan berangkat menuju Solo untuk menjemput Bunda dan adikya agar dapat hadir pada acara wisuda nanti. Namun karena kesibukannya belum juga usai sampai saat ini. Dia benar-benar sangat bingung. Akhirnya setelah hampir seharian berada di kampus untuk mencari bahan-bahan tugasnya, Kanya pulang dan segera merebahkan tubuhnya yang lelah diatas kasur kamar kesayangannya itu. Wajah Kanya sangat pucat, memang sepertinya dia mengabaikan makan siang nya tadi. Padahal Lucky berkali-kali mengingatkannya melalui telefon saat Kanya sedang di perpustakaan kampus tadi, namun karena pikirannya sedang di penuhi dengan tugas-tugas, Kanya lupa melakukannya. Handphonenya berdering, dan dia menerima pesan singkat dari Lucky. Lucky mengabarkan bahwa dia sudah berada kembali di jogja. Dan sekarang dia bersama bunda dan adiknya sedang berada di Plaza Amplas untuk sekedar makan malam. Kanya tersenyum, dan entah mengapa matanya sudah sangat berat untuk terbuka dan dia segera tidak sadarkan diri.
Saat membuka mata, ternyata dia sudah berada di Rumah Sakit Harjo Lukito Lanud Adisujipto Yogyakarta. Dia masuk rumah sakit itu karena memiliki kartu keluarga besar TNI AU. Itu juga karena Dea yang sangat bingung ketika melihat sahabatnya tertidur tetapi dengan posisi yang aneh. Dea tidak tau harus membawa Kanya kemana, akhirnya dia menghubungi om nya dan mereka segera membawa Kanya ke rumah sakit itu. Tidak lama, Kanya segera sadarkan diri. Dia melihat Dea dan om Komang berada di sampingnya. “Bagaimana Kanya, sudah membaik?” tanya om Komang. “Aku pingsan ya om, de ?” tanya Kanya pada kedua nya, “Iyaa, kamu kecapean Kan. Maaf ya aku bawa kamu ke sini, abis aku Cuma nemu ini di dompet kamu. Kalo aku bawa kamu ke rumah sakit lain, mungkin akan membutuhkan waktu lama, karena harus buat ini dan itu. Jadi yang simpel aja deket juga dari tempat kos kita. Tadi muka kamu pucat banget Kan. Aku tadi udah telefon om dan tante. Katanya besok mereka ke sini” jelas Dea. “Iyaa, makasih ya Kan, om. Aku kecapean aja kayaknya. Maaf banget ngerepotin. Hp aku mana De?”. Dea menyerahkan telepon genggam milik Kanya. Terlihat di layar banyak sekali telepon masuk dan juga sms. Berasal dari Lucky, mama, papa, dan kakak Kanya. Berbeda dengan isi sms keluarga Kanya yang menanyakan bagaimana keadaannya. Lucky malah sedikit marah karena 6 sms, dan 4 teleponnya belum mendapat respon dari Kanya. Sepertinya Dea belum memberitahu Lucky bahwa Kanya masuk rumah sakit. Kanya segera membalas pesan singkat Lucky “Beribu maaf untukmu sayang. Aku baru saja bangun, tadi di kampus sangat sibuk. I miss you hunny, udah makan kan?. Salam untuk Bunda dan Vina ya sayang”,belum sempat menekan tombol send, dilayar sudah muncul nama “My Lucky”, Lucky menelepon Kanya. Dugaan Kanya salah, Lucky sudah tau dari temannya yang sedang koas di sana bahwa Kanya masuk UGD dan sekarang sudah di ruang rawat inap. Lucky mengatakan akan segera datang ke rumah sakit. Tidak lama kemudian dia pun tiba, dan segera masuk ke ruangan. Wajahnya begitu sangat khawatir melihat Kanya yang terkulai lemas dengan tangan di tusuk oleh selang infusan. Lucky kecewa karena Kanya tidak memberitahukan mengenai ini, dia baru saja habis mengantar Bunda dan adiknya ke hotel Bhineka dekat Malioboro karena mereka check ini di sana selama di jogja. Lucky banyak bertanya pada Kanya, bagaimana keadaannya, dan apa yang dia rasakan saat ini. Meski hanya kecapean tetapi Kanya perlu memperhatikan pola makannya. Itulah kebiasaan Kanya, bila memiliki kesibukan semua akan terlupakan termasuk kewajibannya untuk mengisi perut. Inilah yang selalu Lucky katakan “Ade itu sudah seperti lidi, kalo ditambah jarang makan bisa jadi jarum pentul. Tau ga ?” ucap Lucky dengan ekspresi meledek, “Mas itu sudah seperti onta Arab, kalo terlalu banyak minum susu, nanti tambah tinggi terus mirip tiang listrik” balas Kanya. Mereka malah bergurau. Lucky sempat meminta maaf karena belum sempat mempertemukannya dengan Bunda dan Vina. Tetapi Lucky sudah memberitahu bundanya bahwa dia telah memiliki Kanya. Hanya saja dia belum memberitahukan bundanya bahwa Kanya masuk rumah sakit. Kanya melarang Lucky untuk memberitahukan bundanya. “Bunda jangan dikasih tau mas, sudah malam. Besok kan ada kegiatan rangkaian acara wisuda dari pagi sampai siang. Biar bunda dan Vina istirahat saja. Ini aku juga mau telepon mama biar ga usah ke sini. Besok sore mungki aku sudah bisa pulang. Lagi pula di sini ada teman papa, dia yang menangani ku” lontar Kanya meyakinkan Lucky. “Ya sudah, ok. Ade jangan sakit lagi ya. Kalo boleh wisuda nya ditunda, mas mau nemenin ade aja disini” ucap Lucky kecewa, “Loh..ga boleh sayang. Semangat ya wisuda nya. Maaf ade ga bisa dampingi, masih lemes banget sayang. Take care ok”. Lucky menemani Kanya hingga gadis itu tertidur, setelah itu Lucky segera pulang karena sudah hampir tengah malam. Dia harus mempersiapkan untu acara besok. Sebenarnya dia masih sangat khawatir dengan keadaan Kanya. Namun Dea ikut meyakinkan nya bahwa Kanya akan baik-baik saja, tak lupa Lucky pun meminta Dea menghubunginya bila terjadi apapun mengenai Kanya. Sesampainya di rumah, dia pun segera tidur.
Sebelum berangkat menjemput Bunda dan adiknya, Lucky menelepon Kanya. Tetapi Dea yang mengangkat, Dea mengatakan bahwa Kanya masih tertidur pulas. Sebab sekitar jam 3 pagi tadi dia demam. Dan baru kembali tertidur sekitar subuh tadi. Lucky semakin saja khawatir, tidak ada mimik muka bahagia menyambut acara wisuda yang akan dilaksanakan pukul 08.00 nanti. Dia tetap meminta Dea untuk memberinya kabar mengenai Kanya, dia juga meminta maaf karena tidak dapat mrngunjungi Kanya dulu, setelah acara selesai dia akan menemui Kanya di rumah sakit. Dea menuruti apa yang Lucky minta. Dia sampai terharu melihat begitu besar perhatian Lucky untuk sahabatnya ini. Untung saja ini hari sabtu dan tidak ada mata kuliah, jadi dia bisa tenang menjaga Kanya. Orang tua Kanya pun tidak jadi datang, karena Kanya mengabari bahwa dirinya sudah baik-baik saja, dia tidak ingin membuat orang tuanya khawatir. Perjalanan ke jogja itu melelahkan, dia takut orang tua nya malah jadi ikut sakit. Sementara di tempat lain, di sebuah hotel sudah banyak mahasiswa dan mahasiswi yang akan menyandang gelar tepat hari ini. Tetapi Lucky belum terlihat, ternyata dia baru saja menjemput keluarganya di hotel. Tetapi,saat sampai di sana. Dia melihat seorang wanita berusia 2tahun di bawahnya, memakai kebaya modern dan berdiri di depan kamar bunda nya. Dia segera menghampiri, belum banyak dia melangkah terlihat bunda nya dan Vina keluar dari kamar itu kemudian mengajak ngobrol gadis itu. Lucky tiba di dekat mereka, menyalami bunda nya, Vina, juga gadis itu. Kemudian mimik mukanya seperti bertanya-tanya siapa gadis itu. Segera bundanya memberitahukan bahwa gadis itu adalah anak dari Bude Lastri. Gadis itu bernama Laras, seorang sarjana Informatika Universitas Diponegoro. Lucky pun tidak mengerti kenapa bunda mengajaknya ke acara wisudanya itu. Tetapi Lucky mengabaikan segala pertanyaannya dan segera mengajak mereka ke mobil untuk segera berangkat. Mereka pun berangkat dan sepertinya bunda menyimpan suatu tujuan atas kedatangan Laras. Lucky sejenak melupakan pikiran itu, dan sesampainya di gedung mereka segera masuk. Lucky segera memisahkan diri dan memakai pakaian wisuda nya. Sebelumnya dia menerima pesan singkat dari Kanya “Congratulation dear, I love you so much. Sukses ya acaranya. Salam untuk Bunda dan Vina”. Lucky tersenyum melihat pesan itu, dia semakin mencintai Kanya, meski Kanya tidak ada di sini dia tetap merasakan gadis yang dia cintai itu berada di dekatnya, kemudian dia membalasnya “Thank you so much hunny, i love you too. I’ll meet you after this”. Segera dia memasukan hanphone nya ke dalam tas ranselnya, di sebelahnya ada Feri “Woy cuk. Sejak kapan lo break sama Kanya, ga bilang-bilang pula kalau punya yang baru”, “Maksudmu opo toh le?. Kanya masih bojo ku, lagi dirawat dia di Harjo Lukito. Jadi ga mendampingi hari ini”, “Lah itu yang sama bunda mu sopo le?”,”Oh..dia Laras. Anak bude ku di semarang”. Itu adalah akhir pembicaraan mereka. Acarapun di mulai. Tampak sangat hikmat dan hening. Ketika Lucky harus maju ke depan dan mendapatkan penyematan dari rektor kampusnya. Kini dia telah resmi menyandang gelar S.Ked. Tinggal beberapa langkah lagi untuk menjadi dr. Lucky menghampiri bunda nya dan memeluknya, dia hampir menangis karena merasakan kebahagiaan yang begitu penuh. Bundanya pun demikian, Laras memberikan ucapan selamat untuknya. Lucky mengucapkan terimakasih sekedarnya saja. Lucky berniat membicarakan mengenai Kanya sesudah mereka sampai di hotel, tentunya tanpa Laras. Karena ini adalah masalah privat Lucky, dia tidak ingin diketahui siapapun kecuali keluarganya saja. Sesampainya di hotel Laras berpamitan karena akan kembali ke Semarang, untuk ke dua kalinya Lucky pun mengucapkan terimakasih karena sudah menyempatkan waktu untuk hadir hari ini, dan Laras tersenyum sembari memberikan clue tidak apa-apa dia turut senang dengan keberhasilan Lucky meraih gelar S.Ked.
Di kamar itu, mereka hanya bertiga, Lucky, bunda, dan adiknya Vina. Sepertinya Vina begitu lelah, sehingga dia tertidur pulas. Sementara Lucky masih asik mengobrol dengan bundanya. Bundanya terus membicarakan Laras, dan “Ky, sebenarnya bunda yang meminta Laras untuk hadir ke sini, karena ingin sekali melihat dia mendampingimu”, “Maksud bunda ?”,”Ky, bunda ingin Laras menadi pendampingmu, dia keluarga dekat kita. Umurnya pun tidak jauh darimu. Dia juga sudah sarjana. Kamu sudah mapan, bukan lagi waktumu mencari-cari. Pacaran hanya akan membuang waktu. Sengaja bunda pilihkan Laras, karena bunda sudah tau baik jg buruknya. Dia keluarga dekat, dan silaturahmi kita akan semakin kuat terjalin dengan keluarga bude lastri. Kamu setuju toh ky ?. Ya tidak perlu cepat-cepat menikah. Usahakan koas mu selesai cepat agar bulan pertama tahun depan, bunda sudah menerima mantu”. Lucky kaget bukan main. Kenapa menjadi rumit seperti ini, dia baru saja ingin mengenalkan sosok Kanya yang memang sekarang sedang berada dalam hatinya, tetapi pembicaraan bunda tadi membuatnya lemas dan sangat kalut. Apa yang harus dia katakan setelah ini, setuju atau tidak, dia harus setuju. Karena menentang bunda bukanlah moto hidupnya, tetapi Tuhan bagaimana dengan Kanya, gadis kecilnya. Tidak mungkin dia meninggalkan Kanya, cinta pun sudah sangat kuat terjalin diantara mereka. Bagaimana cara menolak permintaan bunda, atau bahkan untuk menanggapi pembicaraannya saja tadi bagaimana. Lucky memutar otak “Bun, mengenai itu bisa kita lanjutkan pembicaraannya nanti saja?, Lucky harus ke tempat teman karena ada hal penting mengenai penempatan tugas koas nanti”. Lucky pergi meninggalkan bundanya. Dia segera memasuki mobilnya, dan bergegas menuju rumah sakit tempat Kanya dirawat. Sebenarnya Lucky ingin sekali menangis sekencang-kencangnya. Sesampainya di rumah sakit, dia segera memeluk Kanya, dan berkali-kali mengatakan “Mas, sayang ade. Mas cinta ade”, sambil sedikit melinangkan air mata. Kanya mengira itu adalah ungkapan kebahagiaan karena kini Lucky sudah resmi menjadi sekorang Sarjana Kedokteran. Tetapi lain di hati Lucky. Kanya terus memberi senyum kepada Lucky, sambil sesekali memegang pipi Lucky. Kanya sangat bahagia melihat Lucky saat itu, inikah cinta yang Kau pilihkan untuk ku ya Allah?, jika iya, sujud syukur ku panjatkan pada Mu. Telah Kau beri aku lelaki yang amat sangat mencintai ku. Jangan ambil dia, tak tau akan bagimana aku tanpa dia, jaga kami ya Allah. Tanpa Kanya sadari ternyata itu adalah hari terakhirnya memeluk Lucky, karena setelah itu.
Malam itu, Lucky memutuskan untuk menjauhi Kanya. Dia tidak akan mungkin menolak permintaan bunda nya untuk ikut pulang ke solo dan bertunangan dengan Laras, begitu selesai koas langsung menikah. Sebenanya dia sedih, bagaimana dengan Kanya. Dia juga tidak mencintai Laras, tetapi bagaimana juga dengan bunda nya. Tidak mungkin dia jujur mengenai Kanya saat ini, karena sudah terlambat. Dia juga menyesal mengapa tidak sejak beberapa hari yang lalu dia bercerita mengenai Kanya. Tetapi tetap saja, bundanya tidak ingin Lucky memilih gadis yang masih terikat masa kuliah. Ya Allah, berdosakah aku telah menyia-nyiakan cinta gadis kecilku Kanya. Lucky menitikan air mata. Bagaimanapun, ini adalah keputusannya. Dia lebih tidak ingin menyakiti hati bundanya.
Kanya sudah sehat kembali dengan wajah begitu berseri-seri. Pagi itu dia sudah mulai kembali beraktivitas. Biasanya setiap pagi Lucky pasti memberinya ucapan selamat pagi. Teapi sampai saat itu, belum juga ada pesan singkat dari Lucky. Kanya mengira mungkin Lucky masih tertidur. Namun hingga sore Kanya belum juga menerima kabar dari Lucky. Dia berkali-kali menghubungi Lucky, namun sama sekali tidak ada jawaban. Kanya tetap tenang, mungkin Lucky sedang beraktivitas tanpa membawa handphone. Segera dia meletakan hp nya dan tertidur. Ketika bangun sekitar pukul 09.00 malam, dan membuka hp masih saja belum ada pesan atau telepon dari Lucky. Lucky menghilang hari itu, namun Kanya tetap berpikir baik, segala kemungkinan positive dia selipkan pada otaknya. Keesokan paginya, Kanya terus menelepon Lucky, namun sama, tetap tidak ada yang mengangkat. Tidak biasanya Lucky seperti ini, 1hari tanpa mengabari meski ada kesibukan dia pasti memberitahukan. Hingga 2hari Kanya menunggu Lucky mengabarinya. Naun tetap saja tidak ada. Sedih, kecewa, dan hati bertanya-tanya ada apa sebenarnya. Lucky menjauhinya tanpa alasan dan pembicaraan.
Di sebuah rumah, di pusat kota Solo.
Lucky terlihat murung tanpa senyum, melihat hanphonenya berkali-kali bergetar. Ingin dia mengangkat panggilan itu, namun berkali-kali juga dia harus menahan keinginannya itu. Dia harus menjauhi Kanya. Tetapi mungkin itu akan memberi rasa sakit untuknya, dia harus bertemu Kanya dan menjelaskan semuanya. Akhirnya Lucky mengangkat panggilan Kanya di hanphonenya, tanpa banyak bicara Lucky memberitahu Kanya bahwa dia akan menunggu Kanya besok di taman dekat kampus pukul 2 siang. Belum sempat Kanya bertanya, Lucky sudah lebih dulu menutupnya. Pukul 2 siang Kanya sudah siap menunggu Lucky. Terlhat seorang pemuda berjalan dan hampir mendekatai Kanya yang sedang duduk di kursi panjang yang terbuat dari batang pohon itu. Mereka tidak langsung saling menyapa, mereka berdiam terlebih dulu. Kanya yang terus menarik nafas sambil menahan linangan air matanya, dan Lucky yang tetap menunduk sambil menahan emosinya untuk memeluk Kanya melampiaskan rasa rindunya.
“Jadi, mas kemana selama 4hari ini?”
“Maaf de, mas sedang ada masalah”
“Masalah apa, mas bisa cerita sama aku kan. Tidak biasanya mas begini. Mas tau kan, kemarin adalah tepat 2bulan kita bersama. Tetapi mas sama sekali tidak bisa aku hubungi”
“Mas minta maaf untuk sikap mas ini. De, sebenarnya maksud mas begitu adalah untuk menjauhi ade. Hanya mas tidak tau bagaimana caranya. Terlalu sulit untuk mas seperti itu, mas tidak bisa, tetapi keadaan meminta mas harus melakukannya” Lucky menunduk sejak duduk di kursi itu dia belum sama sekali menatap Kanya.
“Maksud mas ingin meninggalkan aku ?. Keadaan apa yang memaksa mas untuk seperti itu?” Kanya menahan tangisnya pecah
“Maafkan mas, de. Mas dijodohkan oleh bunda. Lusa adalah hari pertunangan mas dengan pilihan bunda. Ade tau mas sangat menyayangi bunda, mas tidak bisa menolak keinginannya. Andai ade tau, saat itu mas sangat bingung. Di sisi lain mas merasa tidak mungkin meninggalkan ade, karena mas sudah terlanjur mencintai ade. Tetapi di sisi lain, mas harus menuruti bunda, karena dia orang tua mas. Maafkan mas de, mas mencintai ade. Kalau boleh, mas ingin pergi saja besok, tidak usah datang lagi ke solo. Mas benar-benar bingung de. Mas tidak ingin hubungan kita berakhir” Lucky menatap Kanya dalam-dalam sambil menitikan air mata. Itulah kali pertama Kanya melihat Lucky menangis.
“Benar dugaan ku dulu. Pasti hubungan kita akan berakhir karena masalah seperti ini. Sudah jangan menangis. Aku sangat mencintai mas, semenjak bertemu mas, aku sangat bahagia, seakan semangat ku selalu bertambah setiap hari. Sempat aku berpikir bagaimana jika tanpa mas. Tetapi, dengarkan aku. Ikutilah keinginan orang tua mu mas. Bunda adalah wanita yang berjuang keras demi kehidupan mu sampai mas bisa seperti ini. Jika sudah menyangkut orang tua, aku tidak akan bisa berbuat banyak mas. Meski mungkin aku akan kehilangan, tetapi aku harus ikhlas. Daripada aku melihat orang yang aku cintai di benci ibu kandungnya karena menolak keinginannya. Ikutilah pertunangan dan perjodohan itu. Insya Allah aku ikhlas demi kebahagiaan mas. Umur dan jarak kita terlalu jauh, aku punya apa untuk menahan mas. Tidak akan mungkin aku tega meminta mas menunggu ku hingga 5tahun lagi, jika memang takdir mas bersama nya, aku ikhlas. Maafkan karena selama ini sudah banyak menyusahkan. Kelak kita mungkin akan bertemu lagi dengan cerita yang berbeda. Aku mencintai mu mas. ”, bagaimanapun cara Kanya menahan tangisnya, tetap saja pecah. Lucky memeluknya erat sambil menangis. Berat bagi Kanya dan Lucky menerima kenyataan seperti ini, namun mereka harus memilih diantara pilihan yang begitu sulit. Lucky benar-benar tidak ingin melepaskan pelukan itu, dia tidak ingin meninggalkan gadis kecilnya.
Itu adalah pertemuan terakhir Kanya dan Lucky. Sebelum akhirnya Lucky benar-benar pergi. Kanya memberinya sebuah kertas, kertas itu berisi tulisan tangan Kanya...
Kita Berbeda
Satu asa yang harus pergi, ubah semua rahasia dirimu.
Teringat jelas di benak ku indah kisah yang telah lalu.
Cinta mohon pada mu satu,
Jangan ucap kata itu,
Berat tuk rengkuh yang ku mau.
Kita beda wahai sayang ku.
Biarkan cinta yang dulu akan tetap indah.
Dan biar waktu yang sembuhkan luka itu.
Jangan teruskan kasih walau kita satu,
Mungkin kita tercipta untuk tak satu
# 1 tahun kemudian
Saat Kanya membuka akun facebooknya, di halaman pertama dia melihat undangan pernikahan. Dia sama sekali tidak terpikirkan bahwa itu adalah milik Lucky. Saat dia membuka halamannya, ya itu adalah undangan pernikahan Lucky dan Laras. Mereka akan menikah 6 Juli 2012 nanti. Hati Kanya pilu melihatnya, ingin rasanya kembali menangis dan menjerit. Namun itu tidak akan lagi berguna. Sudah lama dia dan Lucky mengakhiri hubungan mereka, bahkan nyaris tidak pernah kembali berhubungan melalui apapun, selama itu pula Kanya tidak pernah membuka akun facebooknya karena terlalu sibuk juga dengan tugas kuliahnya. Pertama kali kembali membuka, itulah kabar yang Kanya dapatkan. Ya Allah, dia bukan jodoh ku. Kembalikan hati ku seperti semula. Dosa bagi ku tetap mencintai calon suami orang lain, dosa bagi ku mencintai suami orang lain. Semoga kamu bahagia mas, doa ku menyertai mu mas...